Kebenaran itu pada akhirnya akan terungkap, meski penjahat teroris AS sekuat tenaga menguburnya dalam-dalam. Itulah yang terjadi di Fallujah,
Fallujah yang panjang dan luasnya mencapai 4 km itu dihuni oleh lebih 70 menara masjid. Menara-menara itulah yang menjadikan Fallujah unik ketimbang kota-kota lainnya. Orang-orang menyebutnya sebagai kota masjid dan menara.
Penghancuran masjid-masjid itu sangat mencolok mata. Di kampung Al-Jaulan, tempat duel sengit pejuang Irak versus pencaplok AS meletus, dengan tanpa henti-hentinya pesawat tempur AS menghujani lokasi itu dengan bom-bom, tak ayal dua masjid besar yaitu masjid Abu Ayyub dan masjid Asy-Syekh Zamil hancur berantakan.
Di kampung Nazzal, yang juga termasuk lokasi pertempuran hebat sejak sang agresor AS masuk ke Fallujah, tercatat sedikitnya 4 masjid porak-poranda, yaitu masjid Al-Firdaus, Al-Baraah, Al-Hidayah dan masjid Haji Nazzal.
Di kampung Adh-Dhabbat, di pintu gerbang wilayah itu tercatat 2 masjid besar rata dengan tanah, yaitu masjid Al-Khulafa yang memiliki 4 menara indah sebagai simbol 4 Khalifah Rasyidin dan masjid Al-Maddal.
Komplek Al-‘Askari yang beberapa bulan lalu menjadi bulan-bulanan serangan AS, di sana 2 masjid hancur, yaitu masjid Hasan dan Husen. Begitu pula masjid Muawiyyah dan Husen Syulusy di kampung Al-Jabil tak luput dari dentuman roket pencaplok AS.
Di jantung kota dan lokasi pasar, bombardir AS mengarah ke masjid Abu Ubaidah, Ar-Rawi dan Adh-Dhahi. Sejumlah saksi mata menegaskan bahwa beberapa agen berpakaian warna oranye dengan didampingi serdadu-serdadu AS dengan leluasanya merusak beberapa masjid dan bangunan-bangunan penting lainnya.
Berkaitan dengan kegetiran yang menimpa warga Fallujah, beberapa orang yang ikut mendamping rombongan Bulan Sabit Merah yang dibolehkan masuk ke Fallujah mengatakan bahwa militer AS telah menahan lebih dari 150 orang, mereka adalah anak-anak dan para orang tua yang tertahan di dalam masjid Al-Hadhrah Al-Muhamaddiyyah, dan seperti biasa AS enggan melepaskan mereka.
Itulah sekilas pemandangan Fallujah, Irak, setelah agresor AS membumi hanguskan kota tersebut dengan dalih memburu para teroris (versi AS). Hal seperti ini bukan sekali dilakukan oleh sang agresor, namun sudah berulang kali, namun dunia internasional terkesan diam seribu kata (tidak ada hal riil yang dilakukan), termasuk PBB atau bisa juga disebut dengan “United Nations Of America”.
Amerika Serikat atau sering disebut dengan negeri Paman Sam ini memilki kebijakan untuk menegakkan nilai-nilai demokrasi di dunia, termasuk di wilayah Timur Tengah yang kaya akan minyak. Namun kebijakan ini terlihat hanya kedok belaka, bahkan dapat dikatakan bahwa negeri Paman Sam tersebut merupakan negeri munafik. Hal ini dikarenakan kebijakan tersebut justru mengakibatkan kehancuran dan kematian dimana-mana. Bahkan sebagian pejabat di Pentagon menyatakan keberatannya dengan kebijakan George “war” Bush yang terlihat pincang, dan malah memecah belah negara-negara Islam. Hal tersebut sangat bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi yang digembar-gemborkan AS. Namun para analis mengingatkan bahwa sebenarnya Bush sedang membangun sebuah kediktatoran dinegara-negara Islam yang bersekutu dengan AS, dan rekomendasi Pentagon itu hanya sebagai etalase semata, karena yang diinginkan oleh kebanyakan umat Muslim di dunia adalah solusi atas krisis panjang di Syria, Lebanon, termasuk pendudukan Israel atas wilayah Palestina.
Sepanjang AS masih bercokol di Irak, umat Islam di dunia akan terus bersikap curiga atas kebijakan AS